Berkarya dengan rasa Memilih dengan selera Bertindak dengan nyata

BUKU NAKAL

Thursday, February 1, 2018

KETIKA BULAN HITAM

KETIKA BULAN HITAM
Nafri Dwi Boy

Badan bulan terbelah
Seorang wanita yang juga hitam
Menampakkan wajah.

Terbakar oleh api kesombongan
Dibalut oleh keserakahan
Kemudian melupakan yang esa.

Ketika bulan menghitam
Wajahnya terus menggambarkan dosa
Dari mulutnya, terdengar doa yang sia-sia.

Tuhan mengutuk bulan
Menjadi hitam, karena dia lupa
Jika cahyanya berasal dari bintang.

Bintang disekitarnya mulai menjauh
Tertiup angin
Meninggalkan bulan dan kesombongannya.

“SENDIRI”
______________________________________

“Bulan mendapatkan cahaya dari bintang
Manusia meraih kesuksesan karena pergaulan
Semuanya bermuara pada yang esa (tuhan)”

Tidak pernah terbayang olehnya untuk duduk di kursi persidangan. Pernikahan yang baru seumur jagung terpaksa diakhiri. Sebagai seorang istri, Irena benar-benar tertekan. Batinnya tersayat oleh pisau yang tak tampak. Dia luka namun tak berdarah. Keluarga dari dua pihak yang berbeda sangat kecewa dengan keputusannya. Jalan ini harus dia lakukan, enam bulan Irena terkurung dengan penyiksaan.
Dia dipukul, ditampar, dipecut oleh pria yang tidak layak disebut suami. Kasih sayang yang dijanjikan hanya sebatas angan. Irena tidak ingin harta yang berlimpah menjadi lautan. Dia hanya ingin ketulusan, bukan sekedar nafsu. Wanita itu benar-benar lega saat hakim memutuskan bahwa mereka “secara sah bercerai.” Irena bebas, tidak ada lagi penyiksaan.
Tantangan yang akan dia hadapi selanjutnya adalah rencana dalam menjalani hidup. Irena sebatang kara, orang tuanya meninggal akibat kecelakaan lima tahun yang lalu. Wanita itu terlahir dengan nama Irena (kedamaian). Tapi tidak sedikitpun kedamaian itu dia dapatkan. Pria yang telah resmi menjadi mantan suaminya itu menatap ke arah Irena dengan tajam. Dari bola matanya, tampak pria itu begitu dendam. Ingin rasanya dia keluar dari gedung ini, kemudian pergi sejauh mungkin dari pria itu.
₪₪₪₪
Irena menjadi layang-layang di kota. Terbang tidak tau arah dan tujuan. Hidupnya berpindah-pindah, mendapatkan rezeki dari menjual koran. Jika lagi beruntung, Irena bisa mendapatkan Rp.20.000 dalam sehari. Namun sering pula dia tidak berhasil menjual koran satupun. Meskipun dalam keadaan lapar, Irena tidak pernah menjadi pengemis. Apalagi mencuri, Irena selalu berjuang sebagai seorang wanita yang mempunyai harga diri.
Di tengah kepadatan kota, sekitaran lampu merah. Irena semangat dalam menjual koran-korannya. Ikut menyebarkan informasi seputar negeri ini kepada khalayak ramai. “Koraann..... Korannn....” teriak wanita itu yang mulai diguyur oleh keringat.
     “Korannya pak?”
     “Enggak mbak.”
     Lampu sudah menyala hijau, Irena menepi terlebih dahulu sembari menanti lampu merah lagi. Siang ini belum ada koran yang terjual, dilihatnya banyak sekali anak-anak yang ikut mencari rezeki di jalanan. Mereka seharusnya mendapatkan asupan pendidikan. Menjadi pelajar seperti yang lainnya. Bukannya berkeliaran mencari uang di jalanan.
Tiba-tiba Irena berdiri mendekati seorang wanita yang sedang melihat-lihat di sebuah toko pakaian.
“Dewi!” wanita itu menoleh ke arah Irena.
“Ya ampun Irena, apa kabar?”
“Kabar baik kok Dew.”
Dewi melirik ke sekujur tubuh Irena. Irena sangat jauh dari kata baik.
“Kamu menjual koran Ren?”
Irena hanya mengangguk
“Kamu gak pantas jual koran Ren.” Tiba-tiba Dewi menyodorkan kartu nama “kamu cantik. Ini kamu temui Jek, dia paman saya.”
“Buat apa Dewi?”
“Lebih baik kamu kerja sama Jek saja, aku akan beri tahu dia Ren.”
Seketika dari dalam toko keluarlah dua orang wanita yang juga merupakan sahabat karib Irena.
“Ya, ampun... Bunga, Dina” Sapa Irena kepada teman lamanya itu. Tapi mereka tidak menunjukkan sikap yang bersahabat.
Mereka tampak jijik melihat Irena karena pakaiannya yang kusam. Pertemuan itu tampak begitu asing. Semuanya tidak sama seperti yang dulu.
“Kamu ngapain sama dia Dewi? Ayo cepat kita pergi.”
       Mereka pergi meninggalkan Irena sendirian. Irena tampak bingung dengan tingkah mereka. Hanya Dewi yang masih setia menjadi sahabatnya. Semua itu tidak membuatnya menunduk lemas. Lampu menyala merah, kendaraan berhenti. “Koraaannn..... koraannn....” Kembali wanita itu menjajakan korannya. Terkadang ada preman yang coba menggoda wanita cantik itu. Irena tidak terpengaruh, itu adalah tantangan baginya untuk menghadapi kehidupan yang semakin memeras dirinya.
₪₪₪₪
Jl. Jendral Sudirman nomor 4. Kartu nama itu tertuju kesana. Irena penasaran dengan usaha pamannya Dewi. Sekarang alamat itu ada di depan matanya. Sebuah super market yang cukup besar. Irena mulai tertarik melihat seperti apa pekerjaan yang ditawarkan. Pelayannya segera memanggil Jek (bos super market). Bangunan itu dibuat cukup unik, dengan tema klasik. “Min. Rp. 0 Max. Rp.500.000, Berhematlah!” Salah satu kalimat yang tertempel di dinding super market. Itu adalah aturan serta himbauan yang ada disini. Memberikan pelajaran agar kita untuk berhemat.
Seluruh dindingnya dipenuhi dengan kata-kata motivasi. Super Market ini selain buat usaha, juga menjadi wisata unik menyajikan sensasi berbeda bagi pengunjung. Pria tampan menggunakan stelan jas hitam datang dari sebuah ruangan. Menemui Irena yang saat itu duduk di ruang tamu. Pria itu adalah Jek, bos dari super market ini. Duduk berhadapan dengan Irena, wanita itu tampak canggung. Dia menunduk tidak mau melihat matanya Jek.
Jek begitu tampan, tapi dia sudah memiliki istri. “Kamu mau bekerja disini?” sebuah penawaran yang meluncur dari mulut Jek. Irena terdiam, lama memikirkan sesuatu yang ragu.
     “Pekerjaannya apa?”
     “Menjadi pelayan di super market ini.”
     Irena melihat peluangnya untuk memperbaiki hidup tampak cerah. Dia mengangguk menerima penawaran dari Jek.
     “Gajimu sebulan tiga juta.”
     “Apa? Tiga juta.”
     “Iya tiga juta, kalau kamu bisa bekerja dengan baik. Nanti perlahan gajimu akan naik.”
     Angka itu tidak pernah dilihatnya selama ini. Irena beruntung bisa bertemu dengan Dewi. Dewi sangat membantu Irena, memberikan cahaya kembali bagi Irena untuk menjalani kehidupannya.
     “Saya terima, pak Jek.”
     “Jagan panggil saya pak, cukup jek saja.”
₪₪₪₪
            Irena merapikan produk makanan di gudang. Wanita itu sangat ulet dan cekatan. Kecantikannya sungguh luar biasa, karyawati di tempatnya bekerja bahkan sampai iri dengannya. Sebulan dia bekerja disana, tingkat kepuasan terhadap pelayanannya meningkat signifikan. Irena dinobatkan sebagai pelayan terbaik bulan ini. Kinerjanya itu menarik perhatian Jek. Irena mendapatkan banyak teman disana. Seluruh karyawan senang bisa bergaul dengan Irena.
Irena dengan senang hati membantu rekannya yang sedang kesulitan. Jika pekerjaannya sudah selesai. Dia selalu menawarkan bantuan kepada rekannya yang lain. Ketika waktu istirahat tiba, karyawan pria berbondong mengajak Irena untuk makan siang. Kalau berhasil, Irena dengan senang hati menerima ajakan mereka. Tapi kalau tidak, Irena lebih memilih makan siang bersama karyawati lainnya.
Kehidupan Irena meningkat, dari hasil kerjanya Irena berhasil membeli kredit motor. Sebagai sarananya untuk mengefisiensi waktu, wanita itu sangat disiplin. Pakaian yang dia gunakan tidak lagi kusam. Makanan yang dia konsumsi sudah meliputi 4 sehat 5 sempurna. Jek menatap wanita cantik itu. Irena tersipu malu melihat tatapan bosnya.
Semakin dekat, pria itu menuju ke arah Irena. Irena yang sedang mengemas produk menjadi gelisah. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua. Jek berdiri di depan Irena, sebuah ciuman mendarat di bibir Irena. Nafas Irena menjadi terengah-engah, jantungnya berdebar kencang. Pikiran Irena hampa, dia hanya merasakan ciuman itu mendarat di bibirnya. Ciuman yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, dari seorang pria yang menjadi idola yaitu bosnya sendiri.
“Aku akan menjadikanmu direktur keuangan, asalkan kau mau melayaniku” Jek memberikan pernyataan yang mengejutkan. Irena menjauh dari Jek. Kemudian tidak mau menatap pria tampan itu. Irena ketakutan, melanjutkan pekerjaannya. Tidak berani berkomentar, kemudian Jek pergi meninggalkan Irena sendiri.
Hari-hari berikutnya Irena bekerja tidak seperti biasanya. Ucapan Jek selalu berdenging dipikirannya. Semua itu mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Ada tekanan batin yang mulai dia rasakan. Jek selalu menatapnya tidak seperti biasanya. Pria itu terus menggoda Irena, memberikannya coklat, hadiah, gaji tambahan. Selalu mengikuti Irena setiap ada kesempatan. Irena ingin berhenti bekerja, tapi tidak ingin menjadi layang-layang kota kembali. Tidak ingin bekerja semrawutan. Ingin tetap menerima gaji seperti biasanya.
₪₪₪₪
Irena baru selesai keramas, dengan setelan baju tidurnya yang imut. Kemudian mengambil handphone yang seketika berdering. Dilihatnya sebuah pesan yang masuk itu.
     “Tentukan pilihanmu besok, atau tidak sama sekali.” Jek
     Pesan itu ultimatum bagi dirinya. Irena menangis, ada niatnya untuk berhenti bekerja tapi dia tidak ingin menjadi gelandangan kembali. Irena mulai tergiur dengan jabatan yang ditawarkan oleh Jek. Dari dulu Irena ingin menjadi istri Jek, tapi dia mengurungkan niatnya karena Jek sudah punya istri. Dia pernah merasakan perihnya permasalahan dalam berumah tangga.
            Irena sangat ingin menjadi direktur keuangan. Itu adalah karir yang sangat dia idamkan. Pilihan itu terasa begitu sulit. Saraf otaknya kembali berpikir tentang posifit dan negatif. Irena tidak bisa tidur, sepanjang malam dihantui oleh pilihan itu. Kalau Irena ingin jabatan itu, artinya dia harus menyerahkan kehormatannya kepada Jek. Itu adalah hal yang gila. Kecuali jika Jek benar-benar ingin menikahinya.

₪₪₪₪
“Irena...” Fani mencoba menyadarkan Irena “Irenaaa.....”
     “Eh.. iya, ada apa Fan?” Tiba-tiba Irena tersadar.
     “Kamu kenapa? Dari tadi melamun.”
     Irena tidak menanggapi pertanyaan Fani. Membereskan kotak yang merupakan tanggung jawabnya. “Sudah seminggu ini kamu kelihatan aneh Iren?”
     “Gak ada Fan, mungkin Cuma faktor kelelahan.”
     “Ya sudah, aku duluan ya. Cepat bereskan kotak ini terus pulang.”
     Fani membiarkan Irena sendirian membereskan kotak itu. Kemudian Fani pergi pulang duluan. Di ruang ini tidak ada orang lain, hanya ada Irena seorang. Adapun satpam yang menjaganya sedang berada di pos luar. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Jek muncul menghampiri Irena, Irena pergi dari ruangan itu. Tangan pria itu berhasil menarik tangan Irena. Irena ketakutan, tapi tidak jadi berlari keluar.
            “Bagaimana?” Jek meminta keputusan dari Irena. Pria ini gila, melampiaskan nafsu dengan imingan sebuah jabatan. Irena tidak bisa memutuskan antara jabatan atau kehormatan. Irena terdiam, suasana semakin sunyi. “Bagaimana?” kembali Jek meminta keputusan. Dengan penuh berat hati Irena mengangguk. Jek mengunci ruangan itu dengan rapat. Hanya ada mereka berdua, Jek melancarkan niat jahatnya.
            Ciuman itu kembali meluncur ke arah bibir Irena. Dekapan itu terasa hangat. Ini tidak pernah terbayangkan oleh Irena sebelumnya. Jek sangat jahat, tapi jabatan itu membuat Irena tergiur. Hari itu kehormatannya telah dinodai. Habislah dia dalam sebuah kejahatan yang tidak seharusnya dia penuhi.
₪₪₪₪
Sebulan kemudian wanita itu sangat sombong. Seluruh karyawan membenci wanita yang pernah menjadi idola itu. Direktur keuangan mereka yang baru, Jek memberhentikan direktur yang lama. Wanita itu tak segan menunjukkan hartanya yang berlimpah. Cincin berlian, kalung berlian, tas branded dengan merek terkenal. Untuk menghias tubuhnya saja wanita itu menghabiskan uang seratus juta.
Irena tidak lagi ingin makan siang bersama karyawannya. Sesekali bahkan dia bersikap kasar dan berkata kotor. Satu persatu karyawan itu dimarahi, lebih sadisnya lagi dipecat. Baru sebulan Irena menjadi direktur keuangan sudah 15 karyawan dipecatnya dengan tuduhan penggelapan keuangan. Anehnya Jek selalu mempercayai Irena. Tidak takut jika super marketnya itu bangkrut. Tidak memikirkan nasibnya kedepan. Irena menjadi wanita emasnya, entah karena apa.
Jek memanggil Irena kembali. “ada apa ya?” Sahut Irena. Jek menatap ke arah Irena, membelai rambut wanita itu. Mengelus pipinya yang mulus, Irena tersipu malu. Jek mengambil kertas dan menuliskan angka disana.
     “Kamu mau mendapatkan gaji segitu Irena?” Irena mengambil kertas yang sudah ditulis sebuah nominal oleh Jek. Ya tuhan, tiga ratus juta. Irena tak bisa berucap, hanya menelan ludah.
     “Tiga ratus juta Jek?”
     “iya, asalkan kamu mau ikut berbisnis dengan saya?”
     “Bisnis apa Jek?”
     “Kamu harus memuaskan rekan-rekan pengusaha yang kaya raya.”
            Ya tuhan, Jek ingin menjual Irena. Ternyata dibalik topengnya di dunia usaha. Jek adalah penyalur wanita untuk pengusaha hidung belang di seluruh dunia. Sudah banyak wanita yang menjadi korban Jek. Semua wanita itu mendapatkan harta yang berlimpah. Kehidupan yang bahagia dengan beralas uang di setiap senti kehidupannya.
     “Jek, kamu serius?”
     “Ya, saya serius. Kamu akan mendapatkan semuanya Irena, kamu cantik bergabunglah bersama kami.”
     “Kami?”
     “Ya, besok akan aku perkenalkan dengan temanmu yang lain Irena.”
₪₪₪₪

Tempat ini tidak pernah dilihat sebelumnya. Kantor rahasia tempat transaksi gelap sering dilakukan. Kantor ini begitu megah, kerahasiaannya sangat dijaga. Irena duduk dan terkejut saat tiga orang wanita menghampirinya. Mereka adalah Dewi, Bunga dan Dina sahabat Irena yang telah lama tidak berjumpa. Terakhir Irena bertemu sejak dia masih menjadi penjual koran. Bunga dan Dina tampak begitu akrab dengan Irena. Padahal dulu sebelum Irena kaya, mereka seolah tidak mengenalnya.
Sekarang persahabatan itu kembali terbangun di tempat yang salah. Irena menjadi wanita yang asing. “Selamat bergabung Irena” ujar Bunga dengan penuh bahagia. Irena merasa keputusannya ini tepat, kemudian hasil yang di dapat juga begitu memuaskan. Kehormatannya rusak, tetapi dia tidak peduli. Tidak ada yang mau menjadi sahabat bagi mereka yang biasa saja. Itu adalah prinsip yang keliru dari Irena.
₪₪₪₪
Irena menjadi wanita yang hidup di dunia gelap. Gajinya sebulan bisa sampai lima ratus juta. Tidak seorangpun di kantornya yang suka kepadanya. Mereka menganggap direktur keuangan itu sebagai seorang sampah. Tindakannya yang melecehkan kaum bawah dianggap tidak manusiawi. Mereka menganggap Irena lupa dulunya dia siapa. Irena lupa berjuang dengan siapa. Dia juga lupa bahwa dirinya dulu juga bagian dari kaum bawah.
Mobil mewah itu melintasi perempatan jalan. Tempat ini tidak asing lagi bagi Irena. Dulu dia pernah lama menjadikan tempat ini sebagai ladang untuk rezekinya. Seorang gadis kecil menawarkan koran kepada Irena, saat itu kaca mobilnya dibiarkan terbuka.
     “kak.. korannya kak.” Gadis kusam itu menawarkan kepada Irena.
     “gak dek, pergi sana jangan dekat-dekat”
     “Belilah kak, adek lapar.”
     “Nggak, cepat pergi. Dasar berandalan.”
     Lampu menyala hijau, mobil itu melaju dengan cepat. Irena dan temannya ingin membeli baju, tas, perhiasan yang sebetulnya sudah tidak perlu lagi. Irena sudah punya satu kotak besar perhiasan yang harganya begitu mahal.
Kehidupan glamour saat ini menjadi hobi terbaru bagi Irena. Dia merasakan indahnya menjadi kaya raya. Bergelimangan harta, membuatnya disukai banyak orang. Orang-orang akan menghormati, segan, serta tidak berani mengucilkan Irena. Berbanding terbalik saat Irena hanya rakyat jelata. Tidak punya apa-apa selalu dihina, dihujat oleh setiap orang.
Barangkali dia lupa, harta bisa membuat seseorang menjadi berbeda. Harta bisa menjadikan seseorang menjadi sombong, angkuh dan merendahkan orang lain. Irena tidak pernah merasa jika dia berubah. Dia masih sama seperta Irena yang dulu. Jiwanya tidak pernah mengakui jika dia sombong. Semua itu terbukti bahwa sekarang Irena punya banyak teman. Seluruh temannya dari kalangan terpandang.
Sudah banyak pria yang memakai jasanya. Uang mengalir dengan deras ke rekeningnya. Terkadang Irena melayani Jek secara geratis atas ucapan terimakasih. Jek juga lupa bahwa dia punya keluarga yang harus dinafkahi secara halal. Tidak pernah memikirkan nasib keluarganya. Uang dan kepuasan nafsu menjadi tujuan utama.
₪₪₪₪
Wanita itu terbaring lemas di kamarnya. Demam yang tinggi menyerang tubuhnya. Dia tidak bisa bergerak, sangat lemas. Irena tidak nafsu untuk makan. Dia menelpon Dina untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Tapi Dina sedang ada kesibukan, dia meminta seorang dokter untuk datang ke rumah Irena.
Irena segera diberikan pengobatan secara medis. Melihat kondisinya yang kian kritis, dokter membawanya ke rumah sakit. Untuk diberikan pelayanan yang optimal. Dina dan Bunga segera menjenguk Irena yang sedang terbaring lemas. Suhu badannya sangat tinggi, demam yang menyerangnya bukanlah demam biasa.
     “Jadi dia kenapa dok?” Dina menanyakan perihal sakitnya Irena.
     “Dia terkena HIV AIDS. Sebuah penyakit yang menular dan sangat mematikan.”
     Dina dan Bunga menggeleng kepala dan tidak percaya.
     “Tidak mungkin dok.”
     “Saya juga berharap begitu, tapi itulah adanya.”
            Mereka tidak percaya dengan apa yang dialami oleh sahabatnya itu. HIV AIDS adalah penyakit menular dan sulit disembuhkan. Mereka takut nantinya penyakit itu menular pada mereka. Tapi juga kasihan melihat Irena yang begitu memprihatinkan. Mereka tidak berani mendekati Irena.
₪₪₪₪
            Perlahan kondisi sekitar rumahnya begitu sepi. Keramaian yang dulu pernah dirasakannya telah menghilang. Kebahagiaan itu mulai runtuh. Harta yang dia punya sudah habis untuk membiayai pengobatan. setahun sudah Irena mengidap penyakit HIV AIDS. Tidak seorangpun yang ingin berjumpa dengannya. Tidak pula Jek, Bunga, Dina, Dewi bahkan karyawan tempat dia bekerja. Kabar terbaru memberitakan jika Jek sudah memecat Irena. Jek sudah mencari pengganti untuk posisi direktur keuangannya.
Irena jatuh, jauh ke dalam lautan terdalam. Disapu oleh ombak yang menghempasnya menjadi butiran pasir. Harta yang dia punya satu persatu sudah dijual. Hanya tersisa rumah tanpa perabotan, sebagai atap untuk berlindung. Tubuhnya kian kurus, penyakit itu menurunkan berat badannya. Untuk memenuhi kehidupannya, Irena kembali menjual koran di jalanan. Bersama dengan gadis kecil yang dulu pernah dihujatnya.
Irena adalah perempuan tangguh. Tidak pernah menyerah, dan selalu ulet dalam bekerja. Dia terjebak dalam lingkaran harta yang penuh dosa. Dia lupa bahwa pergaulan dapat membimbingnya ke jalan yang sesat. Irena bisa saja mencari harta sebanyaknya, tapi dia lupa siapa yang memberikan semuanya itu. Irena lupa kepada tuhan, lupa untuk bersyukur, lupa untuk ibadah. Selalu mementingkan harta, dibalut dengan kesombongan.












Harta dapat mengubah prinsip hidup seseorang
Hanya dengan sekali serangan.
______________________

"Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata"



No comments:

Post a Comment

SISTEM KOMENTAR

PENULIS

"Sudikah Dirimu Setia Menantiku" NAFRI DWI BOY penulis buku "Sudikah Dirimu Setia Menantiku". Harga Rp. 50.000

KOMENTAR

HUBUNGI KAMI

Name

Email *

Message *