Bagian 1
Nyanyian Masa Kecil
Nyanyian Masa Kecil
Nafri Dwi Boy
Aku
rindu nyanyian masa kecil itu
Bernyanyi
menghibur sepi, bersama
Memecah
keramaian tanpa keraguan
Bebas
beranjak mengitari air mata.
Masa-masa
idaman
Tanpa
luka dan duka
Wajah
lugu, aku terbayang betapa rasa itu
Adalah
kerinduan yang berlalu.
Nyanyian
masa kecil itu
Memberi
arti, jika aku kuat
Karena
aku kuat maka aku tak pernah sedih
Maka,
aku siap menantang seluruh pilihan.
Andai
dewasa ini adalah masa kecilku
Air
mata tidak selalu jatuh
Bersama
menghadap sepi,
Tanpa
ada keserakahan diri.
Masa-masa
kecil menuntut kepedulian suci
Kedekatan
tanpa dua wajah berbeda
Pelukan
terasa erat tanpa mengikat
Diantara
lembah saling menjaga, keutuhan hati yang berbeda.
Lelahku
separuh dari kerinduan
Saat
hati berharap kembali, mata berusaha menoleh
Bibir
bergetar mengucap sesal
Masa-masa
kecil hanyalah kenangan berdebu.
Kamar Sastra Nakal, 17 Januari 2018
![]() |
| "Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata" |
Bagian 2
Hujan dan Malam
Nafri Dwi Boy
Menyapamu kasih
Diantara hujan dan
malam saat pernikahanmu
Janji kedua jiwa itu
diikrarkan
Bersama.
Aku menyapa dengan
pelan
Menutup diri,
sejiwapun tidak menyangka aku hadir
Di tengah malam
pilihanmu
Bersama.
Hujan di luar jendela,
mengucap selamat tinggal padaku
Aku basah, air mata
menghantam kenangan berdebu
Melibas seluruh
cerita itu
Bersama.
Menyapamu kasih
Aku adalah siangmu,
selalu hangat oleh sejarah
Dan, dirimu adalah
malamku
Yang dipenggal oleh
sejarah baru.
Hujan dan malam
Menutup cahya siangku
Aku kedinginan saat
memutuskan menatap
Jiwamu dan dia.
Bersamamu, adalah
sepenggal kisah masa silam
Dan malam ini, kau
menemui siangmu
Membangun sejarah
baru, mengikat
Jiwamu dan dia.
Kamar Sastra Nakal, 19
Januari 2018
Bagian 3
Bagian 3
DI WAJAHMU
Nafri
Dwi Boy
Di wajahmu terpahat rindu
Ada puing penyesalan, membeberkan kenyataan
Hati, terperangkap pilihan
Bagimu, aku hantu di sudut ruang.
Di wajahmu tertulis cerita
Metafora makna yang belum terucap
Fakta memenjarakan keinginan
Menjadikannya angan entah sampai kapan.
Di wajahmu tergambar sesal
Betapa hati gelisah dalam penjara mimpi
Melarang bebas,
Agar air mata tak saling lepas.
Di wajahmu
Ada wajahku
Tak saling temu
Namun, saling menjamu.
Kamar
Sastra Nakal, 19 Januari 2018
Bagian 4
Bagian 4
KETIKA BULAN HITAM
Nafri Dwi
Boy
Badan bulan terbelah
Seorang wanita yang
juga hitam
Menampakkan wajah.
Terbakar oleh api
kesombongan
Dibalut oleh
keserakahan
Kemudian melupakan
yang esa.
Ketika bulan menghitam
Wajahnya terus
menggambarkan dosa
Dari mulutnya,
terdengar doa yang sia-sia.
Tuhan mengutuk bulan
Menjadi hitam, karena
dia lupa
Jika cahyanya berasal
dari bintang.
Bintang disekitarnya
mulai menjauh
Tertiup angin
Meninggalkan bulan dan
kesombongannya.
“SENDIRI”
Kamar Sastra Nakal, Januari 2018
Bagian 5
Mata
Rakyat
Nafri Dwi Boy
Negeri kita lahir dari kondisi
sekarat
Bung karno dengan tegas memproklamirkan
kebebasan
Rakyat masih mendengar suara mereka
Pemimpin yang jujur jauh dari
keegoisan.
Negeriku hilang kemudi,
Arah tujuannya melenceng dari
konsep dasar:
“Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Sekedar simbol di atas kertas,
Selalu diucap ketika upacara
bendera
Sekedar formalitas
Tidak sampai pada pelaksanaan
totalitas.
Kesejahteraan hanya tertuju pada
oknum tertentu
Pemilik kekuasaan yang katanya pro
rakyat
Bersikap adil, jujur, dan
transparan
Memberi layanan profesional tepat
sasaran.
Janji siluman masa kampanye, hanya
sekedar ilusi
Membodohi rakyat dengan alam
khayalan
Memberikan gambaran konsep
Tanpa pertanggungjawaban.
Memajukan kesejahteraan umum
Menjadi topeng untuk menguras harta
secara umum
Koruptor merajalela di tengah
rakyat
Menyelinap bagai tikus kemudian
pergi meninggalkan bakteri
Pandai bermain kata
Guna membodohkan bangsa
Pendidikan tidak hanya sekedar daya
pikir
Tetapi juga sikap dan tolerir
Rakyat tidak pernah buta!
Kami memilih juga mengawasi
Bertindak juga menuntut
Mengkritik juga membangun.
Mengingatkan kembali pada pemilik
kekuasaan
Untuk meluruskan kemudi! yang telah
dicanangkan
Oleh pejuang-pejuang bangsa
Dimasa silam.
Proklamirkan kembali kebebasan kita
Sikat habis para penjajah harta
bangsa
Kembalikan lagi jiwa bung karno,
bung hatta
Di atas bumi Indonesia.
Rakyat tidak pernah buta!
Bosan dengan perkara para oknum
Yang setiap hari menghias layar
media masa
“Bangsa kita sekarat dan melarat.”
Jambi, 4 Februari 2018


No comments:
Post a Comment