Berkarya dengan rasa Memilih dengan selera Bertindak dengan nyata

BUKU NAKAL

Saturday, May 19, 2018

Diriku Selalu Setia Menantimu









Diriku Selalu
Setia Menantimu


            




Pembuka

Setelah keputusanmu untuk meninggalkanku waktu itu. Menjadikan hati ini selalu bertanya-tanya. Mengapa sampai hati kau membiarkanku menangis? Hujan yang menerpa, memberikan kesan dramatis sekaligus tragis. Kenangan lama akhirnya terbuka. Seorang pria yang tiba-tiba datang ke rumah. Mengirimku sepaket buku aneh dengan sampul kehijauan.
       Paket yang aku buka pelan-pelan. Menjadikan pikiranku terombang-ambing. Buku dengan sampul kehijauan, tertulis namamu disana. Awalnya aku ragu untuk membaca. Hanya akan menjebakku dengan perasaan yang sama. Tiga tahun silam. Selepas kita mengambil keputusan itu.
       Mengapa jemariku lihai membuka lembar perlembar? Mengapa mataku tidak bosan melihat dan mulutku dengan polosnya membaca? Kata-kata itu betul-betul menyayat hati. Tanpa disadari bulir dari mataku melesat jatuh. Membasahi tepat pada halaman ke-71.
       Aku tidak mengerti, mengapa diriku adalah suatu kebutuhan untukmu? Perasaan yang mengalir di tengah kita, hanyalah ungkapan emosi. Rasa itu punya batasan optimal. Kita yang menentukan jalan, mau kemana rasa itu berlabuh? Persatuan atau perpisahan?
       Jalan itu telah kau ambil dengan dramatis dan juga tragis. Kau meninggalkanku kala hujan mengguyur. Kita berdua beradu argumen, mempertahankan alasan yang hanya memecah. Saat aku sampai di pertengahan buku. Kalimat yang kau tulis, hampir separuhnya mengarah pada hubungan kita.
       Kau sungguh kejam. Mengapa kau hadirkan kembali cerita lama itu, saat aku mulai bisa meng-ikhlaskan. Mataku mulai mencapai titik puncak, air mata yang mengalir sudah sulit dibendung. Kalimat yang kau tulis “air matamu adalah air mataku juga” sebagai peluru yang tertancap tepat di hatiku. “bila jatuh dari matamu, maka jatuh dari mataku juga.”
       Sekarang air mataku sedang berjatuhan. Bukan perlahan, tapi sudah berdesakan. Adakah air matamu mengalir bersama kerinduan? Aku tidak sanggup untuk membaca halaman berikutnya. Aku sudah tidak kenal padamu, meskipun rasa dalam hati tetap menjadi abadi.
       Buku yang kau tulis, sejarah berharga kisah cinta kita. Tapi sekalipun menjadi sejarah, aku tetap semangat untuk mengkajinya. Pertanyaan yang kau sematkan pada halaman 107 “Sudikah Dirimu Setia Menantiku” akan aku jawab perlahan.
       Sebatas ingatanku mengingatmu, aku akan membuka sejarah itu. Menceritakan di sisi berlainan denganmu. Agar bila kau membacanya, kita bisa sandingkan kedua perasaan yang tertulis. Itu cukup adil, mengingat saat ini aku dibendung kerinduan.
       Tiga tahun yang lalu, kisah kita berakhir. Kau memilih pergi ke tempat yang tidak pernah aku tahu. Aku menetap sebagai seorang wanita yang pasrah. Semoga tulisan ini bisa sampai padamu. Sebagai pesan, isi dari hatiku waktu itu. Saat kita masih bersama dengan kedekatan yang mesra.


Bila nantinya kau bertanya, mengapa aku menuliskan cerita ini?
Artinya dirimu sangat berarti bagiku.
-Waktu itu-

 
"Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata"

2 comments:

SISTEM KOMENTAR

PENULIS

"Sudikah Dirimu Setia Menantiku" NAFRI DWI BOY penulis buku "Sudikah Dirimu Setia Menantiku". Harga Rp. 50.000

KOMENTAR

HUBUNGI KAMI

Name

Email *

Message *