Berkarya dengan rasa Memilih dengan selera Bertindak dengan nyata

BUKU NAKAL

Thursday, March 1, 2018

Aku Bahagia Menjaga Bayangmu


Aku Bahagia Menjaga Bayangmu

Cinta kita seperti kisah fiktif, melekat hanya dalam bayang-bayang mimpi. Tidak terjadi dalam hidupku yang nyata. Membeberkan surat-surat yang aku buat. Bertumpuk di kamarku, di atas meja tempat aku menuliskan kisah ini. Suatu hari kau tak dapat mencium bau tubuhku, memandang mataku yang letih, atau mendengar rayuanku yang terdengar kuno. Surat yang aku tulis sampai saat ini, masih tertuju padamu.
Sebuah cerita turut menyertai, mengisahkan dirimu, kasih. Bayang-bayangmu selalu menjelma menjadi jantungku. Saat aku mengingatmu, getaran itu semakin kencang. Detakan jantungku semakin cepat, seirama dengan denyut nadiku yang membara. Kau memelukku, dalam khayalanku. Mendekap harapan ini, hanya sebatas mimpi.
Perlihatkan sedikit kepedulianmu padaku. Ucapkan “selamat tidur” malam nanti. Percayalah aku akan begitu bahagia, mendengar kalimat yang langka dari mulutmu. Setiap hari kau hanya membalas pesan dariku dengan kalimat tidak lebih dari tiga kata. Sesekali hibur aku, memperjuangkanmu dengan segala resiko. Konsep yang aku pakai untuk mendapatkanmu, menyerah dengan sendirinya.
Kebingungan membelenggu pikiranku. Haruskah aku teruskan perjuangan ini, hanya untuk bayang-bayang tanpa raga? Atau aku terpaksa mundur untuk membiarkanmu bernafas dengan bebas. Membiarkanmu mendapatkan pria yang kau idamkan. Memilih cinta dibumbui dengan kasih sayang nyata. Haruskan aku pergi, agar kau bebas memilih cinta sejatimu.
Sempat aku berpikir, jika aku hanya menjadi pembatas bagimu. Sebenarnya hatimu tidak tertuju padaku. Terimakasih sudah menghargaiku sampai saat ini. Tapi haruskah aku menyerah? Agar kau bebas menentukan sikapmu. Tanpa harus memikirkan perasaanku. Menemukan cinta yang nyata bersama pria idamanmu.
Setelah aku pergi, barulah nanti kau sadar siapa yang mencintaimu sepenuh hati, jantung, paru-paru dan seluruh organ tubuh. Siapa yang tulus memberikan perhatiannya hanya untuk membaca pesan darimu. Siapa yang dengan polosnya menelponmu setiap malam hanya untuk mendengar cacian darimu. Saat kau marah, aku sangat bahagia. Sebab aku masih mendengar suaramu yang indah. Amarah itu seperti rayuan, aneh bila suatu saat aku tidak mendengar cacianmu lagi.
Bayang-bayangmu seakan tidak mau pergi dari pikiranku. Bertempat tinggal dalam saraf. Memutuskan aliran dan sistem kerjanya. Sehingga hanya ada dirimu dalam pikiran. Dalam kamar yang tidak begitu besar. Aku selalu membayangkan kau datang padaku. Membawa kisah dan surat yang selalu aku tulis, kemudian menangis dalam pelukku: merasakan begitu sulit untuk memperjuangkanmu.
Walau hanya sebatas angan tanpa balasan, berupa mimpi yang tak sampai. Aku bahagia menjaga bayangmu, agar tetap tinggal dalam hati dan pikiran. Menemaniku dalam kekosongan hari. Menghibur sepi yang selalu menusuk sampai lubuk hati. Aku bahagia menjaga bayangmu, sebagai teman perjuangan. Merawatnya agar betah untuk selalu tinggal dalam diri, sehingga aku tidak terlalu merasa kehilangan.
Kamar Sastra Nakal, 26 Februari 2018

"Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata"





2 comments:

SISTEM KOMENTAR

PENULIS

"Sudikah Dirimu Setia Menantiku" NAFRI DWI BOY penulis buku "Sudikah Dirimu Setia Menantiku". Harga Rp. 50.000

KOMENTAR

HUBUNGI KAMI

Name

Email *

Message *