NAFRI DWI BOY
SUDIKAH
DIRIMU SETIA MENANTIKU?
Bagian 1
Berhentilah Menyerah
Sesampainya
engkau pada kebimbanganmu akan kedatangan diriku sepenuhnya. Bukan berarti diri
ini mampu untuk meninggalkanmu. Jejak yang aku tinggalkan adalah petunjuk
bagimu untuk terus berjalan menuju pelukanku. Teruslah bertahan ! sebab
kepergianku bukan untuk melepasmu. Beberapa dari kita mampu menerima arti
perpisahan. Jadilah bagian dari mereka.
Sebab sekembalinya diriku dari pelayaran panjang, akan kukayuh perahuku
bersamamu menuju pulau impian.
Kamar Sastra Nakal, 6 September 2017
Bagian 2
Izinkan
Aku
Perbedaan diantara kita sewajarnya
hanyalah keindahan, sebab perbedaan itu adalah warna yang menyatu. Ketika kau
sebut namaku, saat itulah aku mengerti jika kita harus berbeda. Karena itulah
jangan bosan menempatkan posisiku pada hatimu. Mencoba memulai adalah hal yang
rumit, namun setelah itu mempertahankan
adalah hal yang sulit. Sadarkah kita jika perbaikan dalam hidup selalu ada
setiap waktunya. Maka, izinkan saya datang kembali kehatimu. Masuk ke relungnya
untuk mulai memperbaiki puing-puing yang tersisa.
Kamar
Sastra Nakal, 12 September 2017
Kamar Sastra Nakal, 8 Januari 2018
Bagian 3
Waktu
Itu
Waktu itu kita bersama menjamu sepi.
Kau sematkan seuntai tali pada leherku. Lalu, kau berbisik “jangan berlari,
sebab kau telah kuikat sepenuh hati.” Kerumunan merpati beterbangan di atas
kita. Kedua tubuh menjadi Satu, akhirnya
aku setia berada dilingkar temali yang kau sematkan. Pada malam menjelang pagi,
kau pergi dan aku terikat sendiri bersama mimpi.
Kamar
Sastra Nakal, 27 November 2017
Bagian 4
Engkau
Ada!
Perlahan aku sadar jika dibalik
layar hidupku bukan hanya wajahmu yang terpahat. Cinta itu beku, berulang kali
berusaha untuk mencairkan namun tetap terhadang oleh kebekuan kisah masa silam.
Masa-masa silam itu tetap mengikuti seraya wajahmu yang terus tampak dibalik
layar hidupku. Puluhan mil setapak yang hitam telah dilangkah, yang kudapat
hanya kekosongan hari. Tanpamu bagiku ibarat gurun tanpa oase. Gersang tanpa
adanya cintamu menemani, kemudian diantara perih aku bertatih jika engkau ada
meski tak dapat kusapa.
Kamar
Sastra Nakal, 1 Desember 2017
Kamar Sastra Nakal, 25 Desember 2017
Bagian 5
Saat Masanya Tiba
Saat Masanya Tiba
Menilai zat yang
tidak pernah tampak. Bukanlah kemampuan yang dimiliki, jika cinta tak dapat
ditebak maka hati harus menentukan pilihan. Padamu, akulah simbol kesucian yang
dibawa bintang kepada bulan untuk menggambarkan sinarnya. Percikan cahya
disekitar langit malam, bawalah aku dan beberapa lembar cerita pergi menuju
masa-masa indah bersamamu. Saat cinta menempatkan namaku pada kertas yang kau
ambil dari sebuah botol kaca itu. Akupun tau gulungan itu masih tersegel suci,
ada masanya dirimu membuka dan memproklamirkan bahwa kita akan bersama. Saat
masanya tiba, rerumputan disekitar kita bersama membukakan pintu. Berjajar
dalam garis lurus pada jalan menuju rumah “kebahagiaan”. Disela nafasmu
tergambar bagaimana kebosanan penantian kian mendalam. Setitik ujian itu
sewajarnya tidak memperburuk sistem kerja dalam hatimu. Perkara lama kala
permasalahan mulai memuncak, perlahan menemukan titik menjadi sebuah penawar.
Sekelumit kisah lama memang tersembunyi dibalik awan yang menghitam.
Kisah-kisah itu tidak seutuhnya memudar lalu menghilang. Percayalah!, ada
masanya kedua tubuh menjadi satu. Saat tak lagi dibekap balutan cemburu.
Kamar Sastra
Nakal, 11 Desember 2017
Bagian 6
Cinta Berkelas
Kita selalu mencari jalan keluar tanpa perlu mendefinisikan permasalahan. Seolah mampu mengikhlaskan atas dasar keegoisan. Kepergian bukan suatu solusi melainkan jalan buntu setelah kau memutuskannya. Sifat manusia tidak pernah ingin "kalah" dan selalu ingin "menang" dengan cara apapun. Hubungan yang dibangun atas ucapan "cinta" tidak pernah memilih menang ataupun kalah tetapi ada diantara keduanya. Jalan keluar diputuskan berdasarkan definisi yang dicari bukan dipermasalahkan. Beradu argumen menuturkan perkataan kasar tidak mencerminkan bahwa cinta itu dewasa. Cinta seharusnya dapat mendewasakan hati dan pikiran keduanya. Resiko yang timbul bila kedua tubuh bersatu tidak bisa dikebumikan. Perlahan resiko muncul tetapi mampu diminimalisir. Hanya keputihan hati yang mampu menetralisirkan resiko yang timbul. Setalah kita mampu menjalin hubungan yang berkelas. Cinta yang nyata tampak begitu harmoni, kau dan aku akan tetap menjadi kedua jiwa yang menyatu. Setulus apapun ujaran yang terucap tidak memberi pengertian apapun. Aku menginginkan tindakan dengan keikhlasan akan tampak begitu elegan. Cinta berkelas akan tumbuh pada kita, meskipun tanpa diksi rayuan dari puisi yang tercipta. Prinsip yang kita bangun "Cinta Apa Adanya, bukan Ada Apanya."
Bagian 7
Memantaskan Diri
Memantaskan diri sejenak dengan tidak memaksakan kehendak hati yang kian memanas. Cinta ibarat hantu menakuti perasaan yang terkunci dalam diri. Ketika keraguan datang sebagai pagar untuk memisah kedua tubuh yang akan menyatu. Saat itu aku mencoba untuk memantaskan diri agar siap bersanding denganmu kasih. Tidak perlu mendesak keadaan yang ada, karena itu akan menjadikan cinta sebagai nafsu belaka. Cintaku adalah simbol keabadian, saat mata tak menatap, tubuh tak memeluk, bibir tak mencium dan jemari tak saling genggam. Aku hadir, selalu untukmu menjadi udara yang selalu kau hirup. Menjadi cahaya yang selalu bersinar kemanapun kau melangkah. Aku hadir, dari tempat jauh namun terasa dekat. Cintaku tak pernah padam, kepergianku hanya untuk memantaskan diri. Semangatku berkobar, sebab aku akan meminangmu suatu hari nanti.
Kamar Sastra Nakal, 8 Januari 2018
Bagian 8
Bukan Film Cinta
Normal rasanya saat kau menuntutku untuk berlaku adil. Kau cemburu saat aku mencoba romantis kepada dunia. Sedangkan kepadamu aku terbiasa sederhana, karena cintaku padamu itu apa adanya. Kau menginginkan saat-saat romantis seperti film-film cinta yang selalu ditayangkan di bioskop tempat kita menghibur diri. Apalah artinya berpura-pura romantis sebetulnya statis hambar tidak terlalu manis. Lebih baik apa adanya cintaku selalu dinamis, setiap harinya energi itu tumbuh dan berkembang. Kesederhanaanku sebagai bukti jika aku tidak berpura-pura puitis, namun aku selalu optimis jika nantinya cinta antara kita akan selalu bersinergi. Kau hanya perlu berlatih untuk menahan kemegahan cinta di belantara alam ini. Sebab cinta yang mahal bukan dilihat dari segi materi, tetapi dilihat dari sisi hati yang selalu berambisi untuk terus bersinergi antara kedua hati.
Kamar Sastra Nakal, 8 Januari 2018
Bagian 9
Tafsir Cinta
Mana pernah aku memintamu untuk menafsirkan cinta, cintalah yang menafsirkan kedekatan diantara kita. Meskipun berulang kali kau menerka arti cinta sejati, tidak akan pernah tindakanmu itu dapat mengobati. Cinta hadir bukan karena kemauan, tetapi karena adanya kesempatan. Cinta dapat datang dan pergi sesuka hati. Tidak menutup peluang jika akhirnya dirimu mundur dari perjuangan kita. Begitupun sebaliknya terjadi pada diriku, tuhan maha mengendalikan makhluknya. Jika memang takdirnya kita untuk bersama, aku akan sangat bahagia menjadikanmu ratu impianku. Bila perpisahan adalah ujung dari perjuangan, percayalah engkau akan selalu abadi di dalam sajak ini. Dan aku pernah sendiri berteman sepi merindu akan cintamu.
Kamar Sastra Nakal, 16 Januari 2018
![]() |
| "Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata" |






Sangat menyentuh :')
ReplyDeleteSangat menyentuh :')
ReplyDelete