Berkarya dengan rasa Memilih dengan selera Bertindak dengan nyata

BUKU NAKAL

Thursday, January 18, 2018

WANITA SETENGAH JIWA

WANITA SETENGAH JIWA
Nafri Dwi Boy
WANITA ITU

Banyak studi mempelajari kekuatan gaib yang tidak semua orang percaya. Ahli-ahli berhasil membuktikan secara ilmiah atas dugaan yang kerap dibincangkan oleh khalayak. Aku tidak pernah peduli atas semua dugaan mengarah pada sesuatu tak nyata. Prinsip tertanam dalam diri, jika hidup itu berasumsi pada aspek realistis. Kenyataan memiliki kekuatan utama ketika hidup di alam ilmiah. Lantas aku mulai menaruh ketertarikan dalam studi kekuatan gaib. Tujuh jam sudah aku berada di kampus, di tempat yang sama dan posisi yang sama. Wanita di ujung dari posisiku tak asing dari pandangan. Sudah dua kali aku melihat wanita yang sama namun diposisi berbeda. Mungkin kesibukan perkuliahan membuat konsentrasi menjadi runtuh. Sempat sesekali mengeluh saat kena php oleh dosen, atau saat bermasalah dengan absensi kehadiran.
Wanita yang menarik perhatianku itu sudah sejak pagi ada dihadapanku. Pertama, dia adalah seorang petugas kebersihan di kampus. Saat beranjak dari parkiran aku melihatnya di bawah tangga, sedang membersihkan tong sampah yang melimpah kepenuhan. Kepedulian akan kebersihan memang menjadi sesuatu yang sederhana tapi sulit terlaksana. Bahkan yang katanya mahasiswa adalah “agent of change” tidak pernah mengubah kebiasaan negatif untuk mulai peduli dengan lingkungan sekitar. Kedua, aku melihatnya berada di suatu kelas tak jauh dari posisiku sekarang. Sedang fokus mendengar dosen mengajar atau mendongeng. Bagiku gaya mengajar seperti ini sudah tidak tepat lagi digunakan pada era modern. Aku sampai terkantuk di kelas, kalau tidak adanya pengawasan yang ketat mungkin aku sudah bermimpi indah dibuatnya. Membuat sketsa pulau di buku tulis dengan cairan dari mulutku.
Mana mungkin seorang wanita berada di dua tempat berbeda dalam waktu bersamaan. Arti realistis tidak mungkin terkalahkan dengan sebuah dugaan. Edwin merupakan mahasiswa filsafat membeberkan jika aku sedang Dejavu. Pendapat itu tidak bisa aku terima karena aku tidak melihatnya di masa lalu tetapi berselang beberapa jam yang lalu. Aku bahkan tidak sedang bermimpi ketika kejadian itu hadir. Rekan kuliah yang aku tanya perihal biodata wanita itu tidak satupun yang menjawab. Aku khawatir sifat individualisme dikalangan mahasiswa sudah sampai distadium akhir. Kecanduan untuk mementingkan diri sendiri membuat tegur sapa hilang kendali. Bagaimana bisa satupun warga kampus ini tidak mengenali wanita yang kumaksud?
Aku yakin Edwin tidak sedang berada dalam kondisi hati yang baik karena aku tidak percaya dengan teorinya. Dia adalah pemuda yang selalu memasukan segalanya ke dalam hati. Aku curiga, jangan-jangan hatinya sudah berdebu. Akhirnya kami memutuskan untuk menemui Sarah, wanita yang selalu dipercaya dosen. Sarah adalah salah satu asisten dosen, orang-orang berkata Sarah mengenali hampir seluruh warga kampus ini. Aku jadi ragu jika dia diangkat sebagai asisten dosen karena kepintarannya atau kedekatannya. Tanpa ada pikiran suudzon sementara ini aku meyakinkan diri jika Sarah dapat dipercaya tidak mencari muka.
Sarah sulit untuk ditemui, kesibukannya melebihi rektor Universitas. Untung saja secara tidak sengaja aku bertemu dengannya ketika hendak pergi ke kamar mandi. Kondisi terdesak itu tidak menyulitkanku untuk berkomunikasi, meski aku sedang menahan untuk buang air kecil. Aku memperlihatkan foto di kamera ponselku. Wanita yang sedari pagi aku cari, Sarahpun tidak mengenal wanita itu. Dia memberi solusi agar kami mencari info di website resmi kampus. Haruskah kata-kata mutiara keluar berbarengan dengan keluh kesahku. “Keparat” imbuhku memaki entah pada siapa. Realistis saat ini sudah memudar, jiwa penuh pertanyaan tanpa jawaban. Pernyataan terucap tanpa kekuatan.
Setelah aku pikir-pikir lucu jadinya mencari info wanita yang belum kukenal. Setelah kemauan itu dapat, hanya menjadi kepuasan sesaat. Manusia memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Meskipun permasalahan itu tidak berada di ranah keharusan sekalipun. Aku sedang menjalani posisi demikian, keingintahuan mengalahkan logika. Aku menoleh ke arah Edwin yang terlentang di atas kursi panjang. Pencarian ini lebih dahsyat dari film Saving Private Ryan. Bahkan lebih lucu dari Opera Van Java, aku hanya menikmati hidup yang mengalir. Entah sampai kapan pertanyaanku terjawab, semua hanya menunggu waktu. Tak lama setelah aku tahu, mungkin hanya menjadi kenangan berlalu. Sebesar apapun usaha pasti akan tiba diposisi jenuh, hidup bukan tentang sekedar kepuasan tetapi juga kedekatan. Wanita yang masih menjadi misteri itu tetap akan kucari, sebab aku ingin mengenal dari segala sisi.

"Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata"

Kamar Sastra Nakal, 18 Januari 2018

       


     

No comments:

Post a Comment

SISTEM KOMENTAR

PENULIS

"Sudikah Dirimu Setia Menantiku" NAFRI DWI BOY penulis buku "Sudikah Dirimu Setia Menantiku". Harga Rp. 50.000

KOMENTAR

HUBUNGI KAMI

Name

Email *

Message *