WANITA SETENGAH JIWA
Nafri
Dwi Boy
WANITA
ITU
Banyak studi mempelajari kekuatan gaib yang tidak semua orang percaya.
Ahli-ahli berhasil membuktikan secara ilmiah atas dugaan yang kerap
dibincangkan oleh khalayak. Aku tidak pernah peduli atas semua dugaan mengarah pada
sesuatu tak nyata. Prinsip tertanam dalam diri, jika hidup itu berasumsi pada
aspek realistis. Kenyataan memiliki kekuatan utama ketika hidup di alam ilmiah.
Lantas aku mulai menaruh ketertarikan dalam studi kekuatan gaib. Tujuh jam
sudah aku berada di kampus, di tempat yang sama dan posisi yang sama. Wanita di
ujung dari posisiku tak asing dari pandangan. Sudah dua kali aku melihat wanita
yang sama namun diposisi berbeda. Mungkin kesibukan perkuliahan membuat
konsentrasi menjadi runtuh. Sempat sesekali mengeluh saat kena php oleh dosen, atau saat bermasalah
dengan absensi kehadiran.
Wanita yang menarik perhatianku itu sudah sejak pagi ada dihadapanku.
Pertama, dia adalah seorang petugas kebersihan di kampus. Saat beranjak dari
parkiran aku melihatnya di bawah tangga, sedang membersihkan tong sampah yang
melimpah kepenuhan. Kepedulian akan kebersihan memang menjadi sesuatu yang
sederhana tapi sulit terlaksana. Bahkan yang katanya mahasiswa adalah “agent of change” tidak pernah mengubah
kebiasaan negatif untuk mulai peduli dengan lingkungan sekitar. Kedua, aku
melihatnya berada di suatu kelas tak jauh dari posisiku sekarang. Sedang fokus mendengar
dosen mengajar atau mendongeng. Bagiku gaya mengajar seperti ini sudah tidak
tepat lagi digunakan pada era modern. Aku sampai terkantuk di kelas, kalau
tidak adanya pengawasan yang ketat mungkin aku sudah bermimpi indah dibuatnya.
Membuat sketsa pulau di buku tulis dengan cairan dari mulutku.
Mana mungkin seorang wanita berada di dua tempat berbeda dalam waktu
bersamaan. Arti realistis tidak mungkin terkalahkan dengan sebuah dugaan. Edwin
merupakan mahasiswa filsafat membeberkan jika aku sedang Dejavu. Pendapat itu tidak bisa aku terima karena aku tidak
melihatnya di masa lalu tetapi berselang beberapa jam yang lalu. Aku bahkan
tidak sedang bermimpi ketika kejadian itu hadir. Rekan kuliah yang aku tanya
perihal biodata wanita itu tidak satupun yang menjawab. Aku khawatir sifat
individualisme dikalangan mahasiswa sudah sampai distadium akhir. Kecanduan
untuk mementingkan diri sendiri membuat tegur sapa hilang kendali. Bagaimana
bisa satupun warga kampus ini tidak mengenali wanita yang kumaksud?
Aku yakin Edwin tidak sedang berada dalam kondisi hati yang baik
karena aku tidak percaya dengan teorinya. Dia adalah pemuda yang selalu
memasukan segalanya ke dalam hati. Aku curiga, jangan-jangan hatinya sudah
berdebu. Akhirnya kami memutuskan untuk menemui Sarah, wanita yang selalu
dipercaya dosen. Sarah adalah salah satu asisten dosen, orang-orang berkata
Sarah mengenali hampir seluruh warga kampus ini. Aku jadi ragu jika dia
diangkat sebagai asisten dosen karena kepintarannya atau kedekatannya. Tanpa
ada pikiran suudzon sementara ini aku
meyakinkan diri jika Sarah dapat dipercaya tidak mencari muka.
Sarah sulit untuk ditemui, kesibukannya melebihi rektor Universitas.
Untung saja secara tidak sengaja aku bertemu dengannya ketika hendak pergi ke
kamar mandi. Kondisi terdesak itu tidak menyulitkanku untuk berkomunikasi,
meski aku sedang menahan untuk buang air kecil. Aku memperlihatkan foto di
kamera ponselku. Wanita yang sedari pagi aku cari, Sarahpun tidak mengenal
wanita itu. Dia memberi solusi agar kami mencari info di website resmi kampus. Haruskah kata-kata mutiara keluar berbarengan
dengan keluh kesahku. “Keparat” imbuhku memaki entah pada siapa. Realistis saat
ini sudah memudar, jiwa penuh pertanyaan tanpa jawaban. Pernyataan terucap
tanpa kekuatan.
Setelah aku pikir-pikir lucu jadinya mencari info wanita yang belum
kukenal. Setelah kemauan itu dapat, hanya menjadi kepuasan sesaat. Manusia
memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Meskipun permasalahan itu tidak berada
di ranah keharusan sekalipun. Aku sedang menjalani posisi demikian,
keingintahuan mengalahkan logika. Aku menoleh ke arah Edwin yang terlentang di
atas kursi panjang. Pencarian ini lebih dahsyat dari film Saving Private Ryan. Bahkan lebih lucu dari Opera Van Java, aku hanya menikmati hidup yang mengalir. Entah
sampai kapan pertanyaanku terjawab, semua hanya menunggu waktu. Tak lama
setelah aku tahu, mungkin hanya menjadi kenangan berlalu. Sebesar apapun usaha
pasti akan tiba diposisi jenuh, hidup bukan tentang sekedar kepuasan tetapi
juga kedekatan. Wanita yang masih menjadi misteri itu tetap akan kucari, sebab
aku ingin mengenal dari segala sisi.
![]() |
| "Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata" |
Kamar Sastra Nakal, 18 Januari 2018


No comments:
Post a Comment