Berkarya dengan rasa Memilih dengan selera Bertindak dengan nyata

BUKU NAKAL

Tuesday, January 16, 2018

PENGADILAN RIMBA

PENGADILAN RIMBA

Aneh rasanya malam itu, aku bermimpi tidak seperti biasanya. Kalau aku ceritakan semua akan tertawa. Kehidupan ini memang penuh cerita lucu. Sandiwara bahkan sangat menggelitik perut. Aku orangnya sangat baik hati, suka berbagi, dan tidak bermain dengan janji-janji seperti kebanyakan “orang” di negeri ini. Mengenai mimpi yang terperangkap ditidurku, akan aku ceritakan semuanya. Jadi tidak perlu khawatir, jangan kepo berlebihan karena dapat menyebabkan serangan kejiwaan. Seperti biasa aku selalu bangun tepat waktu sekitar jam 07.30 pagi. Ya, memang segitulah tepat waktu yang biasa aku lakukan. Setiap malam aku selalu begadang, bukan tanpa alasan melainkan untuk ikut serta memberi hiburan pada negeri ini lewat tulisan. Berpikir untuk menghadirkan bahan bacaan bermutu, adil, serta sejahtera untuk rakyatnya. (Wah, sudah seperti kampanye saja) Tapi ini serius, semalam aku bermimpi aneh. Semua pakar mimpi bahkan sampai terbahak-bahak mendengarnya. Semuanya susah mengartikan mimpi yang aku alami. Siapapun tolong saya! Mari kita pecahkan bersama arti mimpi aneh ini.
₪₪₪
Semua belantara hutan selalu menghadirkan kehidupan yang tidak pernah diduga. Sebuah negeri dipertengahan hutan punya cerita menarik. Semua masyarakat negerinya hidup dengan rukun. Biasanya raja dihutan itu adalah seekor harimau. Negeri ini punya cerita berbeda, ketika pemilihan kepala rimba ternyata suara terbanyak dimenangkan oleh seekor tupai. Tupai itu mengalahkan seekor petahana yaitu harimau dan dua kandidiat lainnya. Ya, kalau diselidiki ternyata tim sukses tupai memang lebih pandai dari tim lawan. Kendati demikian sepak terjang tupai ini memang punya beragam prestasi. Tupai adalah raja melompat, jadi selama masa kampanye dia bisa melompat dari desa ke desa.
Komoditas utama di negeri itu adalah buah pisang. Ada banyak sumber daya hewan (SDH) yang mengelola jutaan hektar pohon pisang. Setelah lulus sarjana mereka diberikan tugas untuk mengelola pisang tersebut. Selama aku berkelana di alam mimpi, aku sempat melakukan wawancara kepada seekor monyet.
    “nyet, apakah kamu yakin dengan kepemimpinan era tupai sekarang ini?” tanyaku bingung.
Monyet tampak kebingungan “ya sebetulnya nggak sih.”
Aku terkejut melihat jawaban monyet itu “lah, lalu kalau nggak yakin kenapa dipilih?”
“Hewan yang lain banyak memilih tupai, jadi saya pilih jugalah.”
Dasar binatang otaknya hanya sebesar pasir “Apa kamu tidak takut salah pilih, nyet?”
“Of course, i think pilihanku ini sudah tepatlah. Lagian aku juga sudah punya banyak pohon pisang jadi hidup saya makmur.”
Gila! Monyet ini ternyata ahli bahasa asing “oh, em ya, yasudah kalau begitu.”
₪₪₪
       Setelah pelantikan secara resmi dan memilih anggota kabinetnya. Maka terpilihlah pejabat rimba yang akan membantu tupai dalam masa jabatannya. Mereka melakukan musyawarah rencana pembangunan rimba untuk pertama kali. Rapat ini sendiri dipimpin langsung oleh tupai dan seekor semut sebagai wakilnya. Untuk pembuka tupai mempersilahkan Kepala Majelis Pembangunan Rimba di Pertanian (KAMPRET) dengan seekor katak sebagai ketua untuk memaparkan program kerjanya.
“Tidak banyak yang akan saya perbuat selama saya menjabat. Saya akan memagari seluruh kebun pisang di negeri ini, agar tidak ada maling yang mengambil tanpa izin.” Tegas katak dalam memaparkan program kerjanya.
“Maaf, kalau bisa buat sebuah pintu khusus buat saya.” Tiba-tiba tupai menyerobot pembicaraan.
Spontan semua anggota rapat terkejut “Buat apa tuan tupai?” tanya katak tersebut.
“ya, ya agar” Tupai mulai khawatir “agar saya bisa memantau kinerja masyarakat saya. Jadi saya bisa mengawasi supaya pangan kita bisa adil serta merata diseluruh negeri ini.” Tegas tupai.
“oalah, jadi begitu. Baiklah tuan saya akan membangun pintu khusus buat tuan.”
       Setelah katak memaparkan programnya, untuk kesempatan kedua diberikan kepada Kepala Nasihat Hak Asasi Hewan (KASIHAN) dengan keledai sebagai ketua untuk memaparkan program kerja.
“Saya akan memberikan kepastian hukum yang adil kepada seluruh hewan untuk mendapatkan hak asasi hewan secara merata.” Tegas keledai dalam orasinya.
“haaa.. mohon berikan hak khusus kepada saya agar bisa mengatur pergerakan pasar pisang kita.” Potong tupai kembali.
Peserta musyawarah tambah kaget “loh, kok begitu tuan tupai?” tanya keledai.
“Supaya saya bisa dengan mudah meningkatkan pendapatan negeri rimba ini, keledai.”
“Takutnya nanti tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rimba, tuan tupai.”
“Urusan itu mah, gampang biar saya yang bertanggung jawab.” Tegas tupai meyakinkan.
₪₪₪
       Semua wartawan rimba meliputi bagaimana tupai memberikan bantuan pupuk pisang geratis kepada seluruh rakyat rimba. Cover majalah ternama “Rimba Magazine” memaparkan foto-foto tupai melakukan pendekatan dengan rakyatnya. Programnya untuk memperluas lahan perkebuan pisang dinilai dapat meningkatkan taraf hidup rakyat rimba. Kemiskinan dapat ditekan menjadi 0% sesuai orasinya pada waktu kampanye dulu. Seluruh sumber daya hewan digunakan untuk melancarkan programnya itu. Benar saja pengangguran di negeri rimba bisa ditekan.
         Kepala Majelis Pembangunan Rimba di Pertanian (KAMPRET) menyiapkan jutaan balok kayu untuk memagar seluruh wilayah pertanian. Tupai begitu bersemangat, bahkan dia sendiri ikut turun ke lapangan untuk kerja bersama rakyatnya. Tak sampai satu bulan seluruh wilayah perkebunan pisang berhasil dipagar. Semua rakyat tidak lagi merasa khawatir pisangnya dicuri. Monyet, harimau, burung, kumbang dan yang lainnya dapat tidur dengan tenang di rumah mereka. Sesekali mereka membayangkan jika musim panen telah tiba. Begitu banyaknya pisang yang dihasilkan dalam sekali panen. Semuanya bisa memenuhi kebutuhan hidup rakyat rimba.
       Di negeri rimba toleransi sangat tinggi. Terbukti pada pemilihan kepala rimba dulu tidak ada menggunakan sara untuk menjatuhkan. Para calon pemimpin mengandalkan kata-kata dalam kampanye. Siapa yang bisa membuat kata-kata indah dan meyakinkan. Maka banyak rakyat yang memilih, jika rakyat banyak memilih maka yang lain juga ikutan memilih. Itu sudah menjadi tradisi secara turun temurun di negeri rimba. Makanya terkadang banyak pemimpin yang membohongi rakyatnya. Ya, rakyat tidak bisa protes sebab itu adalah pilihan mereka. Tradisi itu sungguh menggelitik perut, untung tidak terjadi di negeriku, ups.
       Sepertinya pilihan rakyat rimba kali ini tidak salah. Sama seperti prediksi monyet yang aku wawancara dulu. Tupai bekerja cukup bagus, tindakannya tersebar diseluruh siaran televisi serta surat kabar. Tidak ada satupun hewan yang berani mengambil pisang tanpa izin. Sebab hukumannya begitu berat untuk kalangan rakyat. Jadi, kondisi aman terkendali.
₪₪₪
       Masa panen telah tiba, ketika rakyat berbondong untuk membantu mengambil pisang. Tiba-tiba sebagian pisang yang siap panen itu hilang. Padahal keamanan di kebun itu terjaga 99%, kemungkinan untuk terjadi kemalingan itu sangat kecil. Ini kejadian yang membingungkan seluruh rakyat. Pupus sudah harapan untuk menyantap pisang hasil kebun mereka. Akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa, yang tersisa hanyalah sebagian pisang yang belum siap panen. Rakyat merasa sedih, keluarga mereka semua kelaparan. Kerugian yang ditimbulkan sangat besar atas peristiwa itu.
       Melihat kondisi rakyat yang memprihatinkan, Komisi Pemberantas Kemalingan segera bertindak meneliti kasus tersebut. Menilik pada fakta yang terjadi, maka sangat tidak mungkin jika pelakunya berasal dari rakyat biasa. Penjagaan disekitar kebun sangatlah ketat, hanya oknum yang mempunyai kekuasaan yang bisa masuk kesana. Akhirnya penyidik mencurigai bunglon selaku ketua Dewan Perwakilan Rimba. Kasus ini akhirnya diangkat ke pengadilan.
₪₪₪
       Kondisi di pengadilan begitu penuh dan sesak. Wartawan rimba serta rakyat berdesakan ingin melihat live proses persidangan. Sidang ini dipimpin langsung oleh beruang.
“Saya tidak bersalah.” Tegas bunglon setengah marah “saya mengambil keputusan sesuai prosedur yang ada.” Lanjutnya.
“Jangan percaya pimpinan, lihatlah dia pandai bersilat lidah. Fakta yang kami temui hanya petinggi negeri ini yang bisa masuk ke kebun itu.” Bantah Singa yang menjabat sebagai juru bicara Komisi Pemberantas Kemalingan.
“Itu tidak adil, rekan saya di kantorkan banyak. Kenapa harus saya yang ditahan?”
Dengan berbagai bukti Singapun menjawab “Karena kamulah yang mengambil keputusan ketika rapat dulu.”
“Saya tidak bersalah, saya mengambil keputusan atas perintah tuan tupai.”
       Semua kalangan terkejut sebab tidak percaya kalau tupai sampai tega melakukan hal itu. Pemimpin harusnya mementingkan kepentingan umum, bukan menguras harta secara umum. Rakyat ingin penjelasan dari pemimpin mereka itu. Jika benar terbukti, apalah guna perkataan manis serta pendekatan yang dilakukan pada masa kampanye dulu. Rakyat rimba sebetulnya sudah lama dibohongi para pemimpinnya. Ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Kebiasaan ini sudah lumrah terjadi, tapi rakyatnya tidak mau berbenah. Masih saja tradisi lama terus dipakai dalam menentukan pemimpin. Padahal rakyat rimba sudah diberi pendidikan, masih saja otaknya sebesar pasir.
       Esoknya petugas Komisi Pemberantas Kemalingan menggeledah kediaman tupai. Mereka tidak menemukan tupai disana, menurut saksi mata tupai sudah lebih dulu meninggalkan rumahnya. Tidak ada yang tau kemana tupai tersebut pergi.
“Begini, besok ini adalah musim panen, kuat kemungkinan tupai ada di kebun malam ini.” Ujar Singa.
“terus?” Tanya seorang petugas.
“Kita OTT saja tupai itu malam ini.” Tuntas Singa dengan nada sedikit keras.
Mereka sepakat untuk melancarkan misi membuat jebakan bagi tupai tersebut.
₪₪₪
       Malam itu terasa begitu tenang, hanya ada semilir angin yang sesekali berhembus. Komisi Pemberantas Kemalingan beserta warga rimba bersembunyi dibalik semak. Mereka ingin melihat apakah benar tupai yang melakukan semua ini. Wartawan, petugas keamanan, apapun profesinya tentu tidak mau dibohongi oleh pemimpinnya. Dengan sangat hati-hati mereka bersembunyi. Menanti seekor maling yang tega menghabisi kebun pisang mereka.
       Dari kejauhan tampak seekor hewan melompati satu persatu pohon pisang itu. Pisang-pisang itu berjatuhan, maling itu bergerak sangat cepat seolah sudah profesional. Maling dinegeri ini sangat cerdas, mereka pintar mengumpat dikesempatan yang ada. Seketika maling itu berhenti disebuah pohon pisang. Nah, kesempatan itulah dimanfaatkan petugas beserta rakyat rimba untuk OTT tupai.
       Tiba-tiba sebuah lampu tembak mengarah tepat ke posisi tupai. Tupai kaget, dia segera melompat ke atas pohon. Berusaha berlari dari kejaran rakyat. Saat tupai hendak melompat ke dahan yang lain, tepat di depannya jatuh sebuah jaring . Tupai berusaha mengelabui jaring itu, sayang badannya menabrak pohon pisang. Jaring itupun mengurung badan tupai itu. Pepatah pernah mengatakan “sepandai-pandainya tupai melompat, pasti bakal jatuh juga.”
       Tupai berada dalam kondisi terdesak, saat petugas mengeluarkan tupai. Tupai meminta haknya untuk berbicara kepada rakyatnya.
“Rakyatku, percayalah aku bukanlah maling. Aku baru saja menemukan daerah baru di tengah hutan. Daerah itu sangatlah subur, jika negeri rimba ini bisa menguasainya maka kita akan kaya raya. Untuk mendapatkannya penunggu daerah itu meminta seluruh hasil panen pisang kita. Makanya aku ambil guna kepentingan bersama kok, bukan kepentingan pribadi. Maka dari itu, bebaskan saya maka akan saya rebut daerah kaya raya itu.” Tutur tupai meyakinkan.
Juru bicara Komisi Pemberantasan Kemalingan menjawab “Tuan tidak bisa dibebaskan, karena status tuan sebagai tersangka.”
“Ya tentu bisa, saya punya hak khusus yang diatur oleh Kepala Nasihat Hak Asasi Hewan (KASIHAN). Semua itu diatur dalam Kitab Aturan Rimba bagian 2, bunyinya dimana jika pemimpin ditetapkan jadi tersangka diperbolehkan untuk tidak ditahan. Semua itu sudah kuat kok.”
       Semua rakyat dan petugas tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka sudah dibohongi dengan kecerdikan tupai yang serakah itu. Tupai diberikan kesempatan untuk membuktikan ucapannya. Setelah 10 tahun menanti, tupai tidak pernah kembali. Seluruh pejabat rimba ditangkap oleh Komisi Pemberantas Kemalingan atas kejadian itu. Termasuk juga ketua Dewan Perwakilan Rimba ikut menjadi tersangka. Lihat, betapa lucunya kejadian di negeri rimba. Dimana rakyatnya selalu dibohongi oleh kata-kata manis pemimpin pada masa kampanye. Ironisnya mereka tidak pernah membenahi kesalahan itu. Sehingga selalu terulang tiap tahunnya. Untung kejadian itu tidak terjadi di negeriku.Ups.

Kamar Sastra Nakal, 16 Januari 2018
"Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata"

         

  
  
     

2 comments:

SISTEM KOMENTAR

PENULIS

"Sudikah Dirimu Setia Menantiku" NAFRI DWI BOY penulis buku "Sudikah Dirimu Setia Menantiku". Harga Rp. 50.000

KOMENTAR

HUBUNGI KAMI

Name

Email *

Message *