PENGADILAN RIMBA
Aneh rasanya malam itu, aku bermimpi tidak seperti biasanya. Kalau aku ceritakan
semua akan tertawa. Kehidupan ini memang penuh cerita lucu. Sandiwara bahkan
sangat menggelitik perut. Aku orangnya sangat baik hati, suka berbagi, dan tidak
bermain dengan janji-janji seperti kebanyakan “orang” di negeri ini. Mengenai
mimpi yang terperangkap ditidurku, akan aku ceritakan semuanya. Jadi tidak
perlu khawatir, jangan kepo berlebihan
karena dapat menyebabkan serangan kejiwaan. Seperti biasa aku selalu bangun
tepat waktu sekitar jam 07.30 pagi. Ya, memang segitulah tepat waktu yang biasa
aku lakukan. Setiap malam aku selalu begadang, bukan tanpa alasan melainkan
untuk ikut serta memberi hiburan pada negeri ini lewat tulisan. Berpikir untuk
menghadirkan bahan bacaan bermutu, adil, serta sejahtera untuk rakyatnya. (Wah,
sudah seperti kampanye saja) Tapi ini serius, semalam aku bermimpi aneh. Semua
pakar mimpi bahkan sampai terbahak-bahak mendengarnya. Semuanya susah
mengartikan mimpi yang aku alami. Siapapun tolong saya! Mari kita pecahkan
bersama arti mimpi aneh ini.
₪₪₪
Semua belantara hutan selalu menghadirkan kehidupan yang tidak pernah
diduga. Sebuah negeri dipertengahan hutan punya cerita menarik. Semua
masyarakat negerinya hidup dengan rukun. Biasanya raja dihutan itu adalah
seekor harimau. Negeri ini punya cerita berbeda, ketika pemilihan kepala rimba
ternyata suara terbanyak dimenangkan oleh seekor tupai. Tupai itu mengalahkan
seekor petahana yaitu harimau dan dua kandidiat lainnya. Ya, kalau diselidiki
ternyata tim sukses tupai memang lebih pandai dari tim lawan. Kendati demikian sepak
terjang tupai ini memang punya beragam prestasi. Tupai adalah raja melompat,
jadi selama masa kampanye dia bisa melompat dari desa ke desa.
Komoditas utama di negeri itu adalah buah pisang. Ada banyak sumber daya
hewan (SDH) yang mengelola jutaan hektar pohon pisang. Setelah lulus sarjana
mereka diberikan tugas untuk mengelola pisang tersebut. Selama aku berkelana di
alam mimpi, aku sempat melakukan wawancara kepada seekor monyet.
“nyet, apakah kamu yakin dengan
kepemimpinan era tupai sekarang ini?” tanyaku bingung.
Monyet
tampak kebingungan “ya sebetulnya nggak sih.”
Aku
terkejut melihat jawaban monyet itu “lah, lalu kalau nggak yakin kenapa
dipilih?”
“Hewan yang lain banyak memilih tupai, jadi saya pilih jugalah.”
“Hewan yang lain banyak memilih tupai, jadi saya pilih jugalah.”
Dasar
binatang otaknya hanya sebesar pasir “Apa kamu tidak takut salah pilih, nyet?”
“Of
course, i think pilihanku ini sudah tepatlah. Lagian aku juga sudah punya
banyak pohon pisang jadi hidup saya makmur.”
Gila!
Monyet ini ternyata ahli bahasa asing “oh, em ya, yasudah kalau begitu.”
₪₪₪
Setelah pelantikan secara resmi dan
memilih anggota kabinetnya. Maka terpilihlah pejabat rimba yang akan membantu
tupai dalam masa jabatannya. Mereka melakukan musyawarah rencana pembangunan
rimba untuk pertama kali. Rapat ini sendiri dipimpin langsung oleh tupai dan
seekor semut sebagai wakilnya. Untuk pembuka tupai mempersilahkan Kepala
Majelis Pembangunan Rimba di Pertanian (KAMPRET) dengan seekor katak sebagai
ketua untuk memaparkan program kerjanya.
“Tidak
banyak yang akan saya perbuat selama saya menjabat. Saya akan memagari seluruh
kebun pisang di negeri ini, agar tidak ada maling yang mengambil tanpa izin.”
Tegas katak dalam memaparkan program kerjanya.
“Maaf,
kalau bisa buat sebuah pintu khusus buat saya.” Tiba-tiba tupai menyerobot
pembicaraan.
Spontan
semua anggota rapat terkejut “Buat apa tuan tupai?” tanya katak tersebut.
“ya,
ya agar” Tupai mulai khawatir “agar saya bisa memantau kinerja masyarakat saya.
Jadi saya bisa mengawasi supaya pangan kita bisa adil serta merata diseluruh
negeri ini.” Tegas tupai.
“oalah,
jadi begitu. Baiklah tuan saya akan membangun pintu khusus buat tuan.”
Setelah katak memaparkan programnya,
untuk kesempatan kedua diberikan kepada Kepala Nasihat Hak Asasi Hewan
(KASIHAN) dengan keledai sebagai ketua untuk memaparkan program kerja.
“Saya
akan memberikan kepastian hukum yang adil kepada seluruh hewan untuk
mendapatkan hak asasi hewan secara merata.” Tegas keledai dalam orasinya.
“haaa..
mohon berikan hak khusus kepada saya agar bisa mengatur pergerakan pasar pisang
kita.” Potong tupai kembali.
Peserta
musyawarah tambah kaget “loh, kok begitu tuan tupai?” tanya keledai.
“Supaya
saya bisa dengan mudah meningkatkan pendapatan negeri rimba ini, keledai.”
“Takutnya
nanti tidak disetujui oleh Dewan Perwakilan Rimba, tuan tupai.”
“Urusan
itu mah, gampang biar saya yang bertanggung jawab.” Tegas tupai meyakinkan.
₪₪₪
Semua
wartawan rimba meliputi bagaimana tupai memberikan bantuan pupuk pisang geratis
kepada seluruh rakyat rimba. Cover majalah
ternama “Rimba Magazine” memaparkan foto-foto tupai melakukan pendekatan dengan
rakyatnya. Programnya untuk memperluas lahan perkebuan pisang dinilai dapat
meningkatkan taraf hidup rakyat rimba. Kemiskinan dapat ditekan menjadi 0%
sesuai orasinya pada waktu kampanye dulu. Seluruh sumber daya hewan digunakan
untuk melancarkan programnya itu. Benar saja pengangguran di negeri rimba bisa
ditekan.
Kepala Majelis Pembangunan Rimba di Pertanian
(KAMPRET) menyiapkan jutaan balok kayu untuk memagar seluruh wilayah pertanian.
Tupai begitu bersemangat, bahkan dia sendiri ikut turun ke lapangan untuk kerja
bersama rakyatnya. Tak sampai satu bulan seluruh wilayah perkebunan pisang
berhasil dipagar. Semua rakyat tidak lagi merasa khawatir pisangnya dicuri.
Monyet, harimau, burung, kumbang dan yang lainnya dapat tidur dengan tenang di
rumah mereka. Sesekali mereka membayangkan jika musim panen telah tiba. Begitu
banyaknya pisang yang dihasilkan dalam sekali panen. Semuanya bisa memenuhi
kebutuhan hidup rakyat rimba.
Di negeri rimba toleransi sangat tinggi. Terbukti
pada pemilihan kepala rimba dulu tidak ada menggunakan sara untuk menjatuhkan. Para
calon pemimpin mengandalkan kata-kata dalam kampanye. Siapa yang bisa membuat
kata-kata indah dan meyakinkan. Maka banyak rakyat yang memilih, jika rakyat
banyak memilih maka yang lain juga ikutan memilih. Itu sudah menjadi tradisi
secara turun temurun di negeri rimba. Makanya terkadang banyak pemimpin yang
membohongi rakyatnya. Ya, rakyat tidak bisa protes sebab itu adalah pilihan
mereka. Tradisi itu sungguh menggelitik perut, untung tidak terjadi di negeriku,
ups.
Sepertinya pilihan rakyat rimba kali ini
tidak salah. Sama seperti prediksi monyet yang aku wawancara dulu. Tupai
bekerja cukup bagus, tindakannya tersebar diseluruh siaran televisi serta surat
kabar. Tidak ada satupun hewan yang berani mengambil pisang tanpa izin. Sebab
hukumannya begitu berat untuk kalangan rakyat. Jadi, kondisi aman terkendali.
₪₪₪
Masa panen telah tiba, ketika rakyat
berbondong untuk membantu mengambil pisang. Tiba-tiba sebagian pisang yang siap
panen itu hilang. Padahal keamanan di kebun itu terjaga 99%, kemungkinan untuk
terjadi kemalingan itu sangat kecil. Ini kejadian yang membingungkan seluruh
rakyat. Pupus sudah harapan untuk menyantap pisang hasil kebun mereka. Akhirnya
mereka pulang dengan tangan hampa, yang tersisa hanyalah sebagian pisang yang
belum siap panen. Rakyat merasa sedih, keluarga mereka semua kelaparan.
Kerugian yang ditimbulkan sangat besar atas peristiwa itu.
Melihat kondisi rakyat yang
memprihatinkan, Komisi Pemberantas Kemalingan segera bertindak meneliti kasus
tersebut. Menilik pada fakta yang terjadi, maka sangat tidak mungkin jika
pelakunya berasal dari rakyat biasa. Penjagaan disekitar kebun sangatlah ketat,
hanya oknum yang mempunyai kekuasaan yang bisa masuk kesana. Akhirnya penyidik
mencurigai bunglon selaku ketua Dewan Perwakilan Rimba. Kasus ini akhirnya
diangkat ke pengadilan.
₪₪₪
Kondisi di pengadilan begitu penuh dan
sesak. Wartawan rimba serta rakyat berdesakan ingin melihat live proses persidangan. Sidang ini
dipimpin langsung oleh beruang.
“Saya
tidak bersalah.” Tegas bunglon setengah marah “saya mengambil keputusan sesuai
prosedur yang ada.” Lanjutnya.
“Jangan
percaya pimpinan, lihatlah dia pandai bersilat lidah. Fakta yang kami temui
hanya petinggi negeri ini yang bisa masuk ke kebun itu.” Bantah Singa yang
menjabat sebagai juru bicara Komisi Pemberantas Kemalingan.
“Itu
tidak adil, rekan saya di kantorkan banyak. Kenapa harus saya yang ditahan?”
Dengan
berbagai bukti Singapun menjawab “Karena kamulah yang mengambil keputusan
ketika rapat dulu.”
“Saya
tidak bersalah, saya mengambil keputusan atas perintah tuan tupai.”
Semua kalangan terkejut sebab tidak
percaya kalau tupai sampai tega melakukan hal itu. Pemimpin harusnya
mementingkan kepentingan umum, bukan menguras harta secara umum. Rakyat ingin
penjelasan dari pemimpin mereka itu. Jika benar terbukti, apalah guna perkataan
manis serta pendekatan yang dilakukan pada masa kampanye dulu. Rakyat rimba
sebetulnya sudah lama dibohongi para pemimpinnya. Ini bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Kebiasaan ini sudah lumrah terjadi, tapi rakyatnya tidak mau
berbenah. Masih saja tradisi lama terus dipakai dalam menentukan pemimpin.
Padahal rakyat rimba sudah diberi pendidikan, masih saja otaknya sebesar
pasir.
Esoknya petugas Komisi Pemberantas Kemalingan
menggeledah kediaman tupai. Mereka tidak menemukan tupai disana, menurut saksi
mata tupai sudah lebih dulu meninggalkan rumahnya. Tidak ada yang tau kemana
tupai tersebut pergi.
“Begini,
besok ini adalah musim panen, kuat kemungkinan tupai ada di kebun malam ini.”
Ujar Singa.
“terus?”
Tanya seorang petugas.
“Kita
OTT saja tupai itu malam ini.” Tuntas Singa dengan nada sedikit keras.
Mereka
sepakat untuk melancarkan misi membuat jebakan bagi tupai tersebut.
₪₪₪
Malam itu terasa begitu tenang, hanya ada
semilir angin yang sesekali berhembus. Komisi Pemberantas Kemalingan beserta
warga rimba bersembunyi dibalik semak. Mereka ingin melihat apakah benar tupai
yang melakukan semua ini. Wartawan, petugas keamanan, apapun profesinya tentu
tidak mau dibohongi oleh pemimpinnya. Dengan sangat hati-hati mereka
bersembunyi. Menanti seekor maling yang tega menghabisi kebun pisang mereka.
Dari kejauhan tampak seekor hewan
melompati satu persatu pohon pisang itu. Pisang-pisang itu berjatuhan, maling
itu bergerak sangat cepat seolah sudah profesional. Maling dinegeri ini sangat
cerdas, mereka pintar mengumpat dikesempatan yang ada. Seketika maling itu
berhenti disebuah pohon pisang. Nah, kesempatan itulah dimanfaatkan petugas
beserta rakyat rimba untuk OTT tupai.
Tiba-tiba sebuah lampu tembak mengarah
tepat ke posisi tupai. Tupai kaget, dia segera melompat ke atas pohon. Berusaha
berlari dari kejaran rakyat. Saat tupai hendak melompat ke dahan yang lain,
tepat di depannya jatuh sebuah jaring . Tupai berusaha mengelabui jaring itu,
sayang badannya menabrak pohon pisang. Jaring itupun mengurung badan tupai itu.
Pepatah pernah mengatakan “sepandai-pandainya tupai melompat, pasti bakal jatuh
juga.”
Tupai berada dalam kondisi terdesak, saat
petugas mengeluarkan tupai. Tupai meminta haknya untuk berbicara kepada
rakyatnya.
“Rakyatku,
percayalah aku bukanlah maling. Aku baru saja menemukan daerah baru di tengah
hutan. Daerah itu sangatlah subur, jika negeri rimba ini bisa menguasainya maka
kita akan kaya raya. Untuk mendapatkannya penunggu daerah itu meminta seluruh
hasil panen pisang kita. Makanya aku ambil guna kepentingan bersama kok, bukan
kepentingan pribadi. Maka dari itu, bebaskan saya maka akan saya rebut daerah
kaya raya itu.” Tutur tupai meyakinkan.
Juru
bicara Komisi Pemberantasan Kemalingan menjawab “Tuan tidak bisa dibebaskan,
karena status tuan sebagai tersangka.”
“Ya
tentu bisa, saya punya hak khusus yang diatur oleh Kepala Nasihat Hak Asasi
Hewan (KASIHAN). Semua itu diatur dalam Kitab Aturan Rimba bagian 2, bunyinya
dimana jika pemimpin ditetapkan jadi tersangka diperbolehkan untuk tidak
ditahan. Semua itu sudah kuat kok.”
Semua rakyat dan petugas tidak bisa
berbuat apa-apa. Mereka sudah dibohongi dengan kecerdikan tupai yang serakah
itu. Tupai diberikan kesempatan untuk membuktikan ucapannya. Setelah 10 tahun
menanti, tupai tidak pernah kembali. Seluruh pejabat rimba ditangkap oleh
Komisi Pemberantas Kemalingan atas kejadian itu. Termasuk juga ketua Dewan
Perwakilan Rimba ikut menjadi tersangka. Lihat, betapa lucunya kejadian di
negeri rimba. Dimana rakyatnya selalu dibohongi oleh kata-kata manis pemimpin
pada masa kampanye. Ironisnya mereka tidak pernah membenahi kesalahan itu.
Sehingga selalu terulang tiap tahunnya. Untung kejadian itu tidak terjadi di
negeriku.Ups.
Kamar Sastra Nakal, 16 Januari 2018
![]() |
| "Berkarya dengan rasa, Memilih dengan selera, Bertindak dengan nyata" |


Ok bou
ReplyDeleteOk bou
ReplyDelete